SIDOARJO – Majalahdetektif.com : Pasokan garam di beberapa daerah berkurang hingga terjadi kelangkaan. Namun, para petani garam di wilayah Sedati – Sidoarjo justru mulai panen. Meski panen, namun hasilnya kurang maksimal.
Salah seorang petani garam HM Farid (33) warga Desa Banjar Kemuning Kecamatan Sedati mengaku, hasil panen kali ini tidak merata. Bahkan hasil panen tidak maksimal.
“Di lahan ini mulai panen garam. Namun hasil panennya kurang maksimal lantaran ada kebocoran dari terpalnya,” kata HM Farid kepada media ini di lokasi panen garam, Selasa (18/7/2017).
Dia mengaku, sekeluarga merupakan petani garam dan menggarap lahan seluas 18 hektar. 18 Hektar itu dibagi-bagi menjadi ukuran 17×50 meter. “Dengan sistem alas dasar menggunakan terpal, dalam waktu sekitar 30 hari bisa panen garam,” tambahnya.
Farid menjelaskan pada saat ini dalam pertanian garam terdapat dua macam sistem. Pertama, sistem dengan cara lama yakni, alasnya langsung ke tanah dan cara yang kedua alas dasarnya terpal (plastik). Sistem yang kedua ini memiliki unggulan waktu panen yang singkat.
“Kami menggunakan sistem alas dasarnya terpal, dengan lokasi ukuran lebar 17 meter dan panjang 50 meter sebenarnya bisa panen sekitar tiga ton, bahkan bisa lebih. Namun karena ada terpal yang bocor akhirnya hanya mendapatkan dua ton garam,” terangnya.
Sementara ini kualitas garam yang dipanen menurun. Sebab, ketinggian air kurang dari 5 cm. Bila ketingian airnya lebih dari 10-15 cm, maka kualitas garam kristalnya sangat baik. Apapun kondisi garam yang dipanen saat ini sangat penting, mengingat saat ini garam dalam kondisi langka.
“Yang penting petani ini bisa panen, mumpung harganya lagi melambung,” jelasnya.
Menurut Muhammad Jamil, Ketua Kelompok Tani Garam Karya Sejahtera Satu Desa Banjar Kemuning Kecamatan Sedati bahwa standar air untuk menjadi garam dengan kualitas bagus yakni 20 hingga 21.
“Untuk kualitas garam bagus DE airnya antara 20 hingga 21,” kata M.Jamil kepada media ini.
Kelangkaan garam hingga harga melambung tinggi, jelas M Jamil, membuat para petani segera memanen. Apalagi saat ini, harga garam per kg Rp 4 ribu-Rp 6 ribu. “Harga garam mahal, para petani berusaha panen. Meski rata-rata kristalisasi garamnya kecil-kecil tidak terlalu besar,” tambah M. Jamil.
Dia mengharapkan, harga garam terus tinggi. Tidak terlalu rendah seperti tahun-tahun sebelumnya meski kristal garamnya besar-besar. “Semoga harga garam terus membaik, agar para petani garam ini bisa menikmati hasilnya,” tandasnya. (Ferry)