MOJOKERTO – majalahdetektif.com : Hari Ulang Tahun (HUT) Ke 25 tahun Asosiasi PKL Indonesia (APKLI) telah digelar didua tempat bersejarah yakni di Siti Inggil dan Pendopo Agung Mojokerto, Acara di mulai dengan upacara oleh seluruh Pengurus APKLI seluruh Indonesia di Siti Inggil dilanjutkan dengan acara kirab obor bendera merah putih ukuran raksasa yang diikuti ribuan Pedagang Kali Lima (PKL) yang membawa dagangannya menuju Pendopo Agung Trowulan mentoring Ketua Umumnya naik kids ama Pasukan Gajah Mada dan Bendera Merah Putih raksas , Minggu (25/02/2018) yang lalu.
Sesuai pantauan media ini acara sangat meriah para peserta dari seluruh Indonesia sejak beberapa hari datang dan menginap di ratusan home stay rumah Mojopahitan diseputar Trowulan malamnta sebelum kita pagi jalannya diadakan acara tumpengan, tirakatan, doa bersama dan pengibaran Bendera guloklopo raksasa di Siti Inggil yang merupakan situs makam Raden Wijaya dan Panglima perangnya di pendopo Siti Inggil hingga pagi hari.
Prof Rizal Ramli, selaku dewan pembina APKLI dalam sambutannya mengatakan bahwa Pedagang kecil tanpa ikut Organisasi tidak akan suburbia pemerintah “Saya berharap PKL Indonesia semakin di perhatikan. Buat semua PKL mari kita besarkan organisasi kita, karna tanpa organisasi pemerintah tidak akan mengubris kita,tidak bakal menindaklanjuti usulan kita, Mari bergabung dengan AKLI, mari bersama-sama membesarkan dan memajukannya,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Umum APKLI, Dr. Ali Mahsun menyatakan “Kita punya agenda besar, lima pilar PKL Indonesia yang merupakan kesatuan utuh tidak boleh di pisah-pisahkan. Kalau lima pilar ini bisa kita wujudkan dalam tempo secepat-cepatnya. Saya yakin akan menjadi determinasi, bangkitnya ekonomi bangsa. Lima pilar tersebut adalah revolusi usaha dan perumahan kaki lima indonesia. Seluruh rakyat punya hak mempunyai kios milik sendiri. Kemudian yang kedua adalah kredit di republik ini 83% untuk pengusaha besar dan asing, sedangkan pemilik republik yakni rakyat kecil hanya di berikan 17%. Ini sebuah ketidak adilan. Sementara itu, fakta di lapangan rentenir masih menjerit leher ekonomi rakyat. Oleh karna itu, APKLI bertekad bulat menciptakan revolusi keuangan untuk pedagang kaki lima indonesia, jelasnya.
“Yang ketiga adalah revolusi distribusi dan perdagangan indonesia. Pedagang kaki lima selama ini hanya sebagai buruh jual, ini yang harus kita lawan. Kemudian yang keempat adalah revolusi teknologi dan komunikasi dengan harapan para PKL bisa bersaing dalam menghadapi persaingan global,” tambahnya.
“Dan yang terakhir, revolusi percepatan dan pendampingan PKL indonesia. Kita dampingi ekonomi rakyat kita. Kalau di tindas, mari kita lawan. Oleh karna itu pilar kelima ini menjadi penentu, apakah pilar yang pertama sampai keempat bisa berhasil apa tidak,” tutup Putra asli Mojopahit ini. (achmadmardianto)