Mojokerto, majalahdetektif.com – Warga Dusun Banjarsari, Desa Kedunglengkong, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto, kembali menggelar kegiatan Khotmil Qur’an sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan wujud spiritualitas bersama. Memasuki pelaksanaan ke-15, acara ini diselenggarakan pada Minggu (3/8/2025) di kompleks Makam Umum Dusun Banjarsari dan dihadiri oleh tokoh masyarakat, alim ulama, serta warga setempat.
Tradisi pembacaan Al-Qur’an secara khatam ini telah menjadi agenda rutin warga Banjarsari sebagai bentuk komitmen dalam merawat nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan. Di tengah suasana bulan kemerdekaan, kegiatan ini tidak hanya bermakna religius, tetapi juga menjadi refleksi nasionalisme dan cinta tanah air.

Hadi Purwanto, S.T., S.H., M.H., selaku penanggung jawab kegiatan, menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh jemaah yang tetap istiqomah menghadiri Khotmil Qur’an meskipun beragam aktivitas di bulan Agustus tengah berlangsung.
“Menjaga istiqomah di jalan Allah tidaklah mudah. Dibutuhkan komitmen, kedisiplinan, dan keteguhan hati. Namun, inilah jalan yang mulia. Semoga dengan Khotmil Qur’an ini, keimanan kita semakin kuat setiap harinya,” ucap Hadi dalam sambutannya.
Ia menambahkan bahwa konsistensi dalam ibadah adalah cerminan dari spiritualitas yang matang. Menurutnya, setiap langkah kecil menuju kebaikan patut diperjuangkan dan dipertahankan.
“Jangan menyerah ketika menghadapi ujian atau godaan. Teruslah melangkah dan berdoa. Karena istiqomah adalah perjalanan panjang yang penuh nilai, bukan sekadar rutinitas,” tambahnya.
Sementara itu, Penasehat Jemaah, K.H. Mathori Hasan, memberikan tausiyah tentang pentingnya menjaga keimanan. Ia mengingatkan bahwa salah satu bencana terbesar dalam hidup manusia adalah rusaknya iman.
“Jangan sampai kita terlihat shalih di siang hari, tetapi larut dalam kemaksiatan di malam harinya. Itu tanda imannya lemah, bahkan bisa saja telah dicabut oleh Allah. Mari kita sama-sama memohon kepada Allah agar keimanan kita dijaga dan diperkuat,” tegasnya.
Menjelang HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Kiai Mathori juga menekankan bahwa mencintai tanah air adalah bagian dari iman. Ia mengkritik sikap apatis terhadap kegiatan keagamaan dan sosial yang justru mencerminkan minimnya rasa cinta terhadap bangsa dan umat.
“Jika seseorang tidak lagi aktif dalam kegiatan Khotmil Qur’an, apalagi keluar dari kepengurusan tanpa alasan yang jelas, itu menunjukkan kurangnya cinta terhadap sesama dan terhadap negeri ini,” ungkapnya.
Ia menyebut kegiatan Khotmil Qur’an sebagai salah satu bentuk penghormatan terhadap para pejuang dan pendahulu. Menurutnya, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan, salah satunya dengan terus mendoakan mereka.
“Warga Palestina kini sedang berjuang untuk meraih kemerdekaan. Kita di Indonesia bisa merdeka karena perjuangan para leluhur. Dan yang menikmati hasil perjuangan itu adalah kita dan anak cucu kita. Maka kewajiban kita adalah mendoakan mereka dengan ikhlas,” tuturnya.
Kepala Dusun Banjarsari, Dwi Ahmad Fauzi, juga memberikan apresiasi atas komitmen warga dalam menjaga kelestarian tradisi Khotmil Qur’an. Menurutnya, kegiatan ini adalah bukti nyata kecintaan terhadap para pendahulu dan semangat persatuan di tengah masyarakat.
“Khotmil Qur’an ini bukan sekadar rutinitas religius, melainkan sarana mempererat kebersamaan dan menanamkan nilai cinta tanah air. Semoga dari kegiatan ini tumbuh semangat pahlawan-pahlawan baru yang siap membangun bangsa,” ujarnya.
Dengan semangat spiritual dan nasionalisme yang terpancar dalam setiap lantunan ayat suci, Khotmil Qur’an ke-15 ini menjadi bukti bahwa masyarakat Banjarsari tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi berikutnya. Sebuah ikhtiar kecil yang berdampak besar bagi jiwa, bangsa, dan negeri. (Den)