Kabupaten Mojokerto, majalahdetektif.com — Pemerintah Kabupaten Mojokerto terus mendorong penguatan sektor pertanian kopi melalui pembukaan lahan baru di Dusun Slepi, Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas. Pengembangan ini tak hanya bertujuan meningkatkan produksi kopi lokal, tetapi juga membuka potensi ekowisata dan agrowisata yang melibatkan masyarakat, terutama generasi muda.
Kegiatan pembukaan lahan dikemas dalam acara tasyakuran penanaman kopi yang digelar Minggu pagi (27/7), di kawasan Bendil, Dusun Slepi, Ketapanrame. Hadir langsung dalam acara ini Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra dan Wakil Bupati Muhammad Rizal Octavian.

Sejumlah tokoh penting turut hadir, di antaranya Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi Gerindra, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, perwakilan Cabang Dinas Kehutanan Nganjuk, Administrator Perhutani KPH Pasuruan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto, Forkopimca Trawas, ketua kelompok tani, komunitas Barista Kopi Jawa Timur, serta para petani kopi lokal.
Dalam sambutannya, Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra menyebut Desa Ketapanrame sebagai wilayah yang “dianugerahi berkah melimpah oleh Allah”. Ia menyoroti keunggulan geografis dan lingkungan desa yang sangat strategis, sehingga layak dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan.
> “Potensi wisata di Ketapanrame sangat beragam, mulai dari wisata buatan hingga agrowisata, termasuk penguatan ekonomi masyarakat seperti yang sudah berjalan di Ganjaran dan Sumber Gempong,” ujar bupati yang akrab disapa Gus Bupati atau Gus Barra.
Gus Barra juga menekankan pentingnya kopi sebagai komoditas strategis yang tidak hanya berdampak secara ekonomi, tetapi juga ekologis. Bibit kopi, katanya, merupakan simbol harapan masa depan.
> “Bibit kopi adalah harapan. Akarnya mencegah longsor, daunnya menyaring udara, dan bijinya memberi kehidupan bagi manusia,” tuturnya.
Ia berharap penanaman kopi di kawasan Bendil bisa menjadi titik tolak pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Ketapanrame, sekaligus mendorong Mojokerto menjadi kawasan kopi unggulan.
> “Semoga Kopi Ketapanrame menjadi kebanggaan Mojokerto. Bukan hanya dikenal di tingkat nasional, tapi juga internasional,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Ketapanrame, Zainul Arifin, menegaskan pentingnya peran koperasi sebagai penggerak ekonomi lokal. Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) menurutnya menjadi ujung tombak dalam menstabilkan harga dan memperluas akses pasar petani.
> “Kami tidak ingin petani kembali bergantung pada tengkulak. Koperasi hadir untuk memperkuat posisi mereka dalam rantai pasok,” tegasnya.
Zainul juga menyampaikan optimisme terhadap masa depan Kopi Ketapanrame. Dari total 479 hektar lahan Perhutani di desa, sekitar 104 hektar telah dimanfaatkan untuk budidaya kopi sejak 2016. Produksi tahunan telah menembus lebih dari 50 ton, dengan 280 warga menggantungkan mata pencaharian dari sektor ini.
> “Kami punya tiga paguyuban aktif: Bontugu, Dlundung, dan Bendil yang terus berinovasi. Bahkan, aktivitas kopi di desa ini mulai menarik wisatawan. Jika sinergi ini terus berjalan, Kopi Ketapanrame bisa menjadi ikon baru Kabupaten Mojokerto,” ujarnya.
Pembukaan lahan di kawasan Bendil, lanjutnya, diharapkan tidak hanya memperluas area tanam, tetapi juga menjadi pintu masuk pengembangan wisata pertanian yang terintegrasi.
> “Dengan dukungan kebijakan dari pemerintah daerah dan kolaborasi antar komunitas, Ketapanrame memiliki modal kuat untuk tumbuh sebagai pusat kopi dan wisata berbasis pemberdayaan masyarakat,” pungkasnya. (Den)