JAKARTA – MD : Langkah reshuffle telah diambil Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna meningkatkan kinerja pemerintahan, utamanya di sektor ekonomi. Banyak masalah bangsa yang harus diperbaiki para menteri baru.
“Paling tidak, kabinet bidang ekonomi ini bisa mewujudkan keinginan Presiden Jokowi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen,” tutur Ketua Komisi VI DPR RI, Achmad Hafisz Tohir dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/8).
Persoalan lain yang dihadapi, lanjut politikus PAN itu, yakni komoditi kebutuhan pokok mahal dan hal ini ditandai dengan inflasi yang terus berjalan menuju double digit.
“Pertumbuhan ekonomi merosot. Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 sebesar 4.71 persen dan triwulan II-2015 bahkan tidak ada pertumbuhan, turun merosot menjadi 4,62 persen. Ini melambat jika dibandingkan pada pertumbuhan periode yang sama tahun 2014 sebesar 5,14 persen,” kata Hafisz.
Selain itu, neraca perdagangan yang mengalami defisit ditandai dengan ekspor yang menurun dan impor meningkat dibanding tahun sebelumnya.
Selain itu, neraca perdagangan yang mengalami defisit ditandai dengan ekspor yang menurun dan impor meningkat dibanding tahun sebelumnya.
“Pendapatan masyarakat terus merosot, terjadi inflasi di pedesaan. Ini menjadikan tingkat optimisme para pelaku bisnis menurun,” tambahnya.
Di bidang industri juga terjadi kemerosotan. Pertumbuhan produksi industri pengolahan/manufaktur besar dan sedang (IBS) 2015 mengalami penurunan dari triwulan 2014.
Di bidang industri juga terjadi kemerosotan. Pertumbuhan produksi industri pengolahan/manufaktur besar dan sedang (IBS) 2015 mengalami penurunan dari triwulan 2014.
Perkembangan nilai tukar rupiah rata-rata 2015 terus menurun. Pada perdagangan Rabu (12/8) bahkan melampaui angka Rp 13.600. Kondisi ini menunjukkan respon pasar yang kurang positif.
“Presiden Jokowi masih menghadapi gunung besar yang menghadang RI dalam bidang ekonomi baik sektor makro maupun mikro. Pemerintah bisa berhasil meningkatkan pertumbuhan kalau saja semua sektor dan elemen bangsa ini bersatu mengatasinya,” kata Hafisz.
Di sisi lain, pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia masih menunggu gebrakan menteri baru. Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengungkapkan, ?untuk mengetahui apakah para menteri sesuai dengan ekspektasi pasar, maka perlu ada terobosan dan langkah konkret yang dilakukan.
“Walaupun sementara waktu kecenderungan positif pasar itu ada, tapi untuk merespon dengan perubahan-perubahan. Bagaimana IHSG bisa mengalami kenaikan, nilai tukar rupiah direspon positif. Nah itu baru bisa dilihat minggu-minggu pertama setelah ada gebrakan,” katanya.
Menurutnya, reshuffle kabinet merupakan langkah tepat dilakukan Jokowi saat ini. Selain menjadi kebutuhan mendesak, masyarakat dan dunia usaha perlu ada penyegaran agar Indonesia mampu merespon isu ekonomi baik di internal, regional, maupun global.
“Misalnya, pergerakan ekonomi Amerika Serikat (AS). Dengan perbaikan ekonomi AS, bahwa mereka akan menaikkan suku bunga, dampaknya akan ada penarikan dolar dalam jumlah besar. Nah ini yang harus disikapi,” imbuhnya.
Dia juga meminta pemerintah waspada dengan kesepakatan yang terjadi antara Kongres AS dan Iran untuk memasarkan minyak ke pasar dunia.
“Tentu ini akan menyebabkan harga minyak dunia akan menurun. Ini perlu disikapi langkah konkret agar ekonomi tidak berdampak negatif. Termasuk misalnya, ekonomi Eropa dengan tumbangnya Yunani. Situasi di Timur Tengah dengan tingkat politik yang tidak stabil. Semua berdampak ke kita,” terang Sarman. (Indigo)
Berita Majalah Detektif Edisi 132, Agustus 2015 :
Lecehkan Panwaslu, Bupati Mojokerto Banjir Kecaman
Reshuffle Tepat, Tinggal Kerja Cepat
Walikota Mojokerto Blusukan Kenduri Tujuhbelasan
Tak Ada Kejelasan Kontrak, Warga Desa Segel Tower Selular
Maraknya Pertambangan Liar, Ini Kata Kasat Reskrim Jombang
Megawati: Hentikan korupsi sehingga KPK dapat dibubarkan