Mojokerto, majalahdetektif.com – Pemerintah Kabupaten Mojokerto memiliki cara istimewa dalam memperingati Haul Syekh Jumadil Kubro sekaligus Hari Santri Nasional tahun ini. Melalui gelaran Troloyo Fest 2025, semangat religius dan kearifan budaya lokal disatukan dalam satu panggung besar yang memancarkan pesan spiritual dan historis bagi masyarakat Bumi Majapahit.
Festival perdana yang digagas oleh Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudporapar) Kabupaten Mojokerto tersebut digelar di halaman depan Makam Troloyo, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan — kawasan yang dikenal sebagai situs peninggalan penting dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara. Dengan mengusung tema “Jejak Sejarah, Jiwa Budaya, Meneladani Warisan Para Ulama”, Troloyo Fest 2025 resmi dibuka oleh Bupati Mojokerto Muhammad Albarraa atau yang akrab disapa Gus Bupati, pada Kamis (23/10) malam.

Dalam sambutannya, Gus Bupati menegaskan bahwa Troloyo Fest bukan sekadar agenda seremonial tahunan, melainkan bentuk penghormatan terhadap nilai sejarah dan perjuangan dakwah Islam yang berakar di tanah Mojokerto. Ia ingin masyarakat, khususnya generasi muda, kembali menelusuri jejak para ulama dan memahami bahwa Kabupaten Mojokerto memiliki peran besar dalam sejarah Islam di Indonesia.
> “Kami ingin mengenalkan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa di tempat ini, Makam Troloyo, tersimpan jejak penting awal mula penyebaran Islam di Nusantara. Di sinilah para ulama besar berjuang menyebarkan cahaya Islam sejak masa Majapahit,” tutur Gus Bupati.
Syekh Jumadil Kubro atau Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini dikenal sebagai salah satu ulama besar keturunan Rasulullah SAW yang datang ke Nusantara pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Beliau diyakini sebagai salah satu leluhur dan guru spiritual para Wali Songo, yang menjadi tonggak utama dakwah Islam di Pulau Jawa.
Karena nilai sejarah dan spiritual yang tinggi, Gus Bupati menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Mojokerto untuk menjadikan Makam Troloyo dan Troloyo Fest sebagai ikon sejarah dan wisata religi nasional. Festival perdana tahun ini juga akan menjadi tolok ukur bagi penyelenggaraan di masa mendatang agar bisa berkembang menjadi agenda tahunan berskala nasional.
> “Kita ingin melihat bagaimana respon masyarakat. Jika membawa dampak positif, baik dari sisi spiritual, budaya, maupun ekonomi, maka Troloyo Fest akan kami jadikan agenda rutin tahunan dan bahkan kami dorong menjadi festival nasional,” jelasnya.
Troloyo Fest 2025 digelar selama dua hari, yakni pada Kamis (23/10) dan Jumat (24/10). Selain diisi dengan acara keagamaan dan seni budaya, festival ini juga menghadirkan sejumlah figur inspiratif tanah air, seperti band Letto bersama sang vokalis sekaligus cendekiawan muda Sabrang Mowo Damar Panuluh, serta pengajian umum dengan penceramah Gus Kautsar.
Tak hanya menjadi ruang ekspresi budaya dan religi, Troloyo Fest juga diharapkan mampu memberi nilai tambah bagi perekonomian masyarakat. Menurut Tatang Mahendra, Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Daerah Kabupaten Mojokerto, kegiatan ini menjadi momentum untuk menggeliatkan sektor pariwisata dan UMKM lokal.
> “Melalui Troloyo Fest, kami ingin menumbuhkan jiwa kultural masyarakat sekaligus membuka peluang ekonomi baru melalui sektor pariwisata dan produk UMKM Mojokerto,” ujar Tatang Mahendra.
Dengan semangat religius dan budaya yang berpadu dalam suasana penuh hikmah, Troloyo Fest 2025 diharapkan menjadi langkah awal dalam mengukuhkan Kabupaten Mojokerto sebagai pusat peradaban Islam dan kebudayaan Majapahit yang harmonis — tempat di mana sejarah, iman, dan ekonomi rakyat tumbuh berdampingan. (Den)














