Mojokerto, majalahdetektif.com – Suara sholawat menggema khusyuk di depan Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Djawa Dwipa dan Lembaga Kajian Hukum (LKH) Barracuda, Jalan Raya Banjarsari Nomor 59, Kedunglengkong, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (25/10/2025) malam. Dalam suasana penuh kekeluargaan dan spiritualitas, aktivis sekaligus Direktur LBH Djawa Dwipa, Hadi Purwanto, S.T., S.H., M.H., kembali menggelar doa bersama dan sholawatan yang kini telah memasuki pelaksanaan ke-16 kalinya.
Acara yang berlangsung sederhana namun sarat makna ini dihadiri oleh beragam elemen masyarakat. Dari warga sekitar, tokoh agama, hingga rekan sesama aktivis tampak larut dalam suasana religius. Sambil menikmati secangkir kopi, Hadi bersama para jamaah berbincang santai tentang makna istiqomah dan pentingnya menjaga keseimbangan antara aktivitas dunia dan urusan akhirat.

“Hidup itu butuh keseimbangan antara bekerja dan beribadah. Dengan istiqomah dalam doa dan sholawatan, kita tidak hanya memperkuat hubungan dengan Allah, tapi juga menenangkan hati dan menumbuhkan rasa syukur dalam kehidupan,” ujar Hadi kepada wartawan di sela kegiatan.
Menurut mantan Pemimpin Redaksi salah satu media ini, istiqomah bukan sekadar rutinitas, melainkan bentuk komitmen spiritual yang mengasah kesadaran diri. “Siapa pun yang tekun beribadah akan merasakan kedamaian batin. Sholawat dan doa bersama membantu kita lebih fokus, lebih sabar, dan lebih dekat kepada Sang Pencipta,” lanjut pria yang dikenal dermawan dan aktif dalam kegiatan sosial itu.
Ia menambahkan, kegiatan yang telah menjadi tradisi bulanan tersebut akan terus dilanjutkan. “Insyaa Allah, bulan depan kami kembali menggelar sholawatan ke-17. Bukan untuk seremonial, tapi sebagai wadah memperkuat tali silaturahmi dan membangun lingkungan yang saling mendukung dalam kebaikan,” imbuhnya.
Kegiatan ini juga diisi tausiah oleh K.H. Hasan Mathori, yang memberikan pesan mendalam tentang makna keikhlasan dan orientasi akhirat. Dalam ceramahnya, Kyai Hasan menegaskan bahwa siapa pun yang masih terlalu terikat pada urusan dunia, biasanya sulit untuk menghadirkan diri dalam majelis doa dan sholawat seperti ini.
“Al-Qur’an sudah menegaskan, barang siapa yang mengutamakan akhirat, maka Allah akan mencukupkan urusan dunianya. Cukup itu luas maknanya — bisa cukup kesehatan, cukup rezeki, cukup kebahagiaan dalam keluarga dan masyarakat,” tutur Kyai Hasan disambut anggukan jamaah.
Beliau juga menyoroti fenomena sosial yang kini marak, seperti menurunnya adab anak terhadap orang tua. “Kalau sampai anak berani pada orang tuanya, maka itu tanda kehancuran moral. Lebih baik kita tidak terlalu kaya tapi punya anak yang saleh dan keluarga yang penuh kasih,” ujarnya tegas.
Kyai Hasan kemudian mengingatkan bahwa dunia hanyalah titipan. Segala bentuk harta — mulai dari rumah, sawah, kendaraan, hingga jabatan — tidak akan pernah dibawa mati. “Kadang harta itu diambil kembali oleh Allah lewat cara yang tidak disadari, misalnya dijual untuk hal yang tidak manfaat. Maka gunakanlah harta sesuai ridho Allah, agar berkahnya terus mengalir,” pesannya.
Menutup tausiah, Kyai Hasan mengajak jamaah untuk terus mengejar ridho Allah melalui amal kebaikan yang istiqomah. “Jika kita dekat dengan Allah dan terus memperbaiki diri, maka hidup kita akan penuh keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat,” pungkasnya.
Sementara itu, Hadi Purwanto berharap kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat Mojokerto untuk terus menumbuhkan semangat spiritual di tengah kesibukan dunia. “Doa dan sholawatan bukan hanya ibadah, tapi juga bentuk syukur dan pengikat persaudaraan. Dari sinilah keberkahan hidup berawal,” tutupnya penuh makna. (Den)














